Awal aku mengenal Pemulung itu ketika aku mulai menepati rumah baruku. Maklum, kawasan yang aku huni lumayan sangat extra ketat pengamanannya. Dan boleh dibilang masuk "kawasan elit"...(hmmm..aku sendiri menganggapnya biasa saja sich). Mungkin, karena diblok yang agak dalam, banyak penghuni dengan "Jabatan yang tinggi"...welll, bukan itu yang inigin kutulis disini...
Seminggu setelah aku menepati rumahku. Aku agak bingung bagaimana caranya bisa membuang sampah tapi tidak menumpuk dirumahku (daily). Karena kebiasaannya adalah "Mobil Penjemput Sampah" datangnya 2 -3 kali dalam seminggu. Sedangkan aku tidak terlalu suka dengan menumpuk sampah. Taku banyak serangga yang menetap.
Well, finally...aku kedatangan tamu dengan Gerobak Usang dengan Pendorongnya Lelaki Tua yang tinggi namun badannya sangatlah kurus. Berkacamata dan mempergunakan sarung tangan, bersandal jepit dan memakai kaos berlengan panjang....
Yup..benar sekali seorang Pemulung yang kusebut dengan panggilan Pak Tua. Dia datang karena melihat tumpukan kardus bekas yang kutaruh di teras sampingku. Bongkaran dari barang2 yang aku bawa. Dengan sangat sopan dia menawarkan untuk mengambilnya. Tentunya dengan perasaan senang sekali, aku langsung setuju. Dan aku bilang "setiap hari datang ya Pak".
Sejak itu, aku menaruh satu buah karton bekas. Isinya adalah bekas botol aqua anak2ku. Karena setiap anakku pergi kesekolah kubawakan air minum yang botol (praktis tidak perlu mencuci). setelah mereka pulang, mereka akan menaruhnya di kardus itu. Dan khusus hanya pak Tua yang boleh mengambilnya. Semua benda2 barang bekas yang memang maish layak, pasti akan kutaruh dikardus itu. Kadang, kutaruh makanan & minuman (tentunya dengan tempat yang terpisah) untuk dibawa/dimakan oleh pak tua.
Waktu berlalu...dan aku sedikit terheran. Karena sudah seminggu terakhir ini, kardusku untuk pak tua sudah menumpuk. Pikiranku "Kemanakah Pak Tua? kenapa belum diambil-ambil ya?"
Hingga akhirnya genap satu minggu, aku mendapat kabar kalau Pak Tua itu meninggal pada hari Minggu (11-11-2012). Akupun langsung terdiam, agak shock juga. Mengingat, aku masih belum terlalu banyak untuk memberikan sesuatu kepada pak Tua, semuanya karena kesibukkanku. Setiap pagi, ketika aku berada didalam dapurku (sekitar jam 5 pagi), biasanya aku mendengar/melihat gerobak Pak Tua jalan. Tapi biasanya Pak Tua selalu berhenti kerumahku ketika dia beranjak pulang.
Dan akupun pada akhirnya mengenai nama Pak Tua adalah Pak Djafar.
Selamat jalan Pemulung Pak Tua.
Semoga engkau tenang disisinya. Hingga akupun bersyukur, bahwa perjuangan hidup Pak Tua yang begitu sulit dan berat akhirnya berhenti. Dan akupun begitu mengagumi perjuangan dan semangatnya. Meskipun dipenghujung usianya, dia tidak merasakan kehidupan yang layak. Namun aku yakin, dia merasakan kebahagiaan hidupnya dengan caranya seperti itu. Karena seperti aku, berusaha membawa-bawa sisa-sisa botol plastik minuman yang dimanapun aku berada, agar tidak terbuang dan terkumpulkan untuk Pak Tua. Dan pastinya...kita bisa dengan cara apapun untuk memberikan yang bisa kita berikan buat orang yang tidak seberuntung kita.
GBU Pak Tua...
Dan akupun pada akhirnya mengenai nama Pak Tua adalah Pak Djafar.
Selamat jalan Pemulung Pak Tua.
Semoga engkau tenang disisinya. Hingga akupun bersyukur, bahwa perjuangan hidup Pak Tua yang begitu sulit dan berat akhirnya berhenti. Dan akupun begitu mengagumi perjuangan dan semangatnya. Meskipun dipenghujung usianya, dia tidak merasakan kehidupan yang layak. Namun aku yakin, dia merasakan kebahagiaan hidupnya dengan caranya seperti itu. Karena seperti aku, berusaha membawa-bawa sisa-sisa botol plastik minuman yang dimanapun aku berada, agar tidak terbuang dan terkumpulkan untuk Pak Tua. Dan pastinya...kita bisa dengan cara apapun untuk memberikan yang bisa kita berikan buat orang yang tidak seberuntung kita.
GBU Pak Tua...